Jumat, 15 November 2013

Cerpen: Kepentok Cinta



Nha berlari kencang menelusuri gang kecil. Wajah dan bibirnya pucat, nafas terengah-engah, jantung berdegup kencang, dan jemarinya begitu dingin sedingin bongkahan es. Dia menggendong tas dan memegang buku "Quantum Writer". Hatinya sangat cemas, kakinya terasa sulit menginjak tanah dan sulit untuk di larikan dengan cepat, seperti sedang berada dalam mimpi yang sedang di kejar penjahat yang akan membunuhnya. Keringat dingin menetes dari kening dan alisnya. Dalam pikirannya hanya satu "Berhasih memasuki gerbang sekolah".
Jam sudah menunjukan angka 07:15. Nha kesiangan !

Tadi pagi setelah shalat subuh, nha membaca komik Detektif Conan by Aoyama Gosho sambil tiduran di sofa ruang tamunya. Hingga dia ketiduran dengan lelapnya. Seperti lirik lagu dari Mbah Surip:
//...bangun tidur, tidur lagi...//
Ketika dia terbangun tangannya masih memegang komik
yang dibacanya, dia melihat jam dengan mata yang perih--Jam 06:30. Dia tersontak kaget, matanya langsung melotot hampir copot. Komiknya di lemparkan dan langsung bergegas mandi. Tanpa sarapan terlebih dahulu, nha langsung melisut pergi begitu saja. Tapi mobil angkutan yang di tumpanginya begitu mengesalkan--Lelet. Hatinya sangat geregetan ingin cepat sampai di kelas.
                                                                         *    *             *
Hampir saja dia terpeleset jatuh di atas kerikil bebatuan kecil di samping bangunan sekolah. Gerbang sebelah samping sudah di tutup, di harus jalan menuju gerbang depan. Dia berlari dengan cepat. Terlihat dari ujung selatan, tepatnya yang dihadapan dia, ada seorang laki-laki mengenakan baju seragam putih-abu, ternyata dia teman sekolahnya, namanya Dei. Mereka pernah bertemu satu kali saat bernyanyi bersama setelah pulang sekolah dengan teman yang lainnya. Saat itu Dei memainkan piano dengan asiknya. Mereka tidak sekelas, namun kebetulan saja mereka bertemu di koridor seni saat petang, dan mereka belum pada pulang. Jadi saat itu Dei memainkan piano, nha dan teman lainnya bernyanyi bersama. Dari sanalah mereka bertemu dan saling mengenal hanya sekilas. Kini mereka bertemu kembali di keinginan yang sama, yaitu sama-sama berhasil memasuki sekolah dan bisa belajar di kelas.
"akhirnya ada teman yang sama-sama kesiangan juga" dalam hati nha berkata sambil berjalan menuju gerbang, dia serasa lega karena ada temannya yang kesiangan juga. Setidaknya bukan hanya Nha saja yang ngaret. Dei melirik Nha, dan Nha pun begitu.
Mereka berdua masuk melewati gerbang depan, dan berdiri di depan guru piket. Mereka di suruh menunggu pembina datang, untuk memberikan ketentuannya. Mereka duduk berdua di kursi menunggu, sambil ngobrol-ngobrol kejadian sebelum mereka sampai sekolah, dan ngobrolin yang lainnya. Lucunya mereka serasa tidak ada beban, malah asyik mengobrol. Nha tersipu dengan senyuman Dei yang mampu mendekap hati saat itu, Dei pun seolah dekat dan akrab dengan Nha.
Nha dan Dei di suruh menghampiri pembina di koridor kelas bawah dekat aula. Saat pembina bertanya-tanya, Dei menjelaskan kronologis ceritanya kenapa bisa datang telat dengan alasan-alasan yang menyumbrat dari mulutnya. Sedangkan Nha tidak banyak memaparkan penjelasan atau alasan-alasan agar dapat di masukan ke kelas. Hanya saja dia mengakui bahwa dia kesiangan dan terlambat masuk sekolah.
Akhirnya, pembina memberikan perjanjian kepada Nha dan Dei untuk tidak mengulanginya lagi, jika itu terjadi kembali, maka mereka akan langsung di pulangkan. Mereka mengangguk, mematuhi perjanjian itu dan meminta maaf. Lalu, mereka bersalaman kepada pembina dan berbalik badan menuju kelas.
Dengan wajah yang sama-sama lega, seperti baru keluar dari penjara dan baru merasakan kebebasan. Bibir mereka merekah membentuk senyum, dan berjalan berdua menuju kelas di lantai. Sambil ngobrol kecil mereka menaiki anak tangga satu persatu. Sesampainya di atas, mereka tidak langsung memasuki kelasnya masing-masing, mereka saling berhadapan dan mengepalkan tangannya di dekatkan ke dada masing-masing dan sama-sama mengucapkan Basmalah. Dan mengeluarkan nafas yg panjang.
"hah.. Oke, kita ke kelas sekarang. Aku kesana, kamu kesana" ucap Dei sambil menunjukan arah ke kanan dan kiri. Kelas mereka terhalang oleh dua kelas. Mereka pun pamitan dan melambaikan tangannya. Nha langsung berjalan ke arah kanan, Dei ke arah kiri.
Saat Nha dan Dei depan pintu kelasnya masing-masing yang tertutup, mereka saling menoleh dan melirik dulu, Nha menoleh ke kanan dan Dei ke kiri. Dei tersenyum seolah meyakinkan bahwa Nha akan baik-baik saja.
Nha langsung mengetuk pintu, dan mengucapkan salam. Lalu Nha membuka pintunya, dia tidak langsung masuk, melainkan meminta ijin kepada guru terlebih dahulu. Dan akhirnya Nha diijinkan masuk, lalu Nha duduk paling depan, dekat dengan meja guru. Nafasnya masih belum bisa terkontrol karena kecapean, Nha langsung menyimpan tas dan menstabilkan nafasnya.
Ketika dia terduduk, dia senyum-senyum sendiri. Mengingat kejadian tadi dengannya yang hanya kurang lebih 10 menit itu. Namun Nha merasa semua itu sangat membekas, menyulam hati. Dan tanpa Nha sadari bahwa dia telah menyukai senyumannya.
Sepuluh menit telah menerbangkan hatinya bersama sayap-sayap peri.


Cianjur,
20 Juli 2011
22:36


Ini adalah kisah nyata tentang aku saat kesiangan masuk sekolah pada tanggal 19 Juli 2011. Dan lelaki yang bernama Dei itu benar adanya di sekolah.

Mau tahu dia siapa?
Tebak saja !
Dari namanya saja sudah ketahuan kok, apalagi di sambung dengan dua kata nama akhiranku. ^^

#curcor jadinya! Wahaha.. Ini hanya kisah ya teman-teman. Tidak sampai benar-benar di ambil hati.
Aku kan sudah ada yang punya, namanya ADI. Ayah dan Ibu.Description: :D

1 komentar:

  1. Baccarat Rules - FEBCASINO
    The minimum bet amount is 1.5, plus งานออนไลน์ you'll receive the 바카라 same bonus money on each wager. The higher the bet amount, 메리트카지노 the better.

    BalasHapus