Sabtu, 10 Mei 2014

Surat Untuk Ibu (Naskah Lomba Hari Ibu)


Teruntuk Ibu tercinta …

            Ibu, kau yang telah melahirkanku ke dunia. Dengan menahan sakitnya dinding-dinding rahim, tanganmu mengerat keras kasur mengatur nafas. Darah-darah berceceran di sarung-sarung yang terhampar. Keringatmu mencucur dari kening hingga akhirnya kau bisa melihatku yang terlahir sempurna dan menghela nafas, kau pun bahagia dan rasa sakit menghambar begitu saja.
            Kemudian kau ajarkan aku berkata “Allah Langgeng”. Hingga akhirnya aku pun bisa mengatakannya. Begitu bahagianya kau ketika mendengar aku berkata “Ibu”. Kau cium, peluk dengan hangatnya kasih dan cinta tiada hari.
            Kehangatan selalu tercipta ketika kau mengajakku bermain, belajar berjalan dengan perlahan penuh kesabaran darimu. Kau basuh lukaku ketika aku terjatuh. Setianya kau menunggu aku dari tengkurep, merangkak, berdiri, berjalan, hingga berlari. Seperti menaruh mimpi-mimpi dalam imaji untuk aku gapai.
            Kemudian umurku kian bertambah, kau ajarkan aku mengaji dan shalat berjamaah. Masih terbayang ketika aku pertama belajar menulis kau pegang tanganku yang kecil dan menggoretkan pena di kertas putihnya. Hingga aku pun bisa menulis dan menggambar. Ketika kura-kura kecil selesai aku gambar, kau begitu tampak bangga terhadap diriku.
            Lalu kau ajarkan pula berpuasa, meski saat itu aku sering berkeluh kesah karena lapar dan haus. Tapi kau tetap meyakinkan aku pasti bisa dan adzan maghrib akan segera tiba.
            Kau ajarkan aku untuk berbusana yang menutupi dada, karena kau bilang “dalam Q.S Al-Ahzab ayat 59, Allah menyuruh kita untuk memakai pakaian hingga menutupi dada”. Ketika aku selalu memakai celana dan tidak mau memakai rok karena aku tomboy dan selalu bermain dengan teman-teman lelaki, dengan sabarnya kau selalau menyuruhku memakai rok dengan rayuan-rayuan yang penuh kasih dan sayang.
            Kelakuan nakalku kau rubah dengan kasih dan cinta. Kau selalu mengajarkan aku untuk hidup sederhana dan menerima apa adanya, karena Allah tidak menilai hamba-hamba dari penampilan atau kekayaannya melainkan dari usaha dan ketakwaannya.
            Kau selalu menyuruhku untuk mengerjakan pekerjaan rumah sampai bersih, karena kebersihan itu sebagian dari iman.
            Ketika aku menangis menjerit menginginkan rumah-rumah boneka dan baju-baju barbie karena tidak dibelikan olehmu kau tetap sabar membuatku untuk tidak menangis. Dan dari sana kau jadi mengajakku untuk membuat baju-baju Barbie dari pakaian bekas, dan mengajarkan aku menjahitnya sendiri dengan jarum tangan. Dari sana baru aku mengerti kau inginkan aku untuk lebih memanfaatkan yang ada dan apa adanya.
            Ketika sore hari tiba, kau mengajak aku untuk mencabut rumput-rumput di pekarangan rumah hingga bersih sambil bermain. Dan kau pun selalu bijak ketika aku berantem dengan teman-teman tanpa membela satu sama lain.
            Dan aku pun beranjak dewasa, kekhawatiranmu pun kian menjadi. Kau selalu menasehati dengan sayangmu. Dan menopang segala keluh kesahku. Tiada henti bara semangat selalu kau berikan untukku.
            Resah dan gelisah menyelimutimu ketika aku terbaring di Rumah Sakit bersama infusan dan tabung oksigen. Kau setia disampingku.
            Kini, dalam peraduanku sembari mengingat wajahmu yang lembut dan selalu bersih dengan air wudhu. Ditengah kerlingan biji-biji tasbih dalam pekatnya malam aku panjatkan doa seperti doa yang telah kau ajarkan kepadaku. Aku meminta kepada Azza Wa Jalla agar senantiasa dilimpahkan kebahagiaan dan keselamatan dalam menyusuri rerimbun waktu ini.
            Ibu… aku meminta maaf akan segala kelakuan yang selama ini membuat air matamu tumpah. Aku menyesal pernah membuatmu kecewa, pernah tidak menuruti pintamu, juga pernah membantah karena marah atau berbeda keinginan akan cita-cita yang ingin aku gapai. Betapa aku telah menyakiti hatimu.
            Ijinkan aku menggapai mimpi-mimpi yang telah aku angankan dalam lintasan-lintasan harapan. Biarkan aku berlari mencari jati diri. Dalam harap, aku ingin membahagiakanmu Ibu. Mimpi-mimpi ini akan aku persembahakan menjadi kado untukmu jika semua telah menjadi kenyataan. Karena apa yang aku inginkan adalah suatu yang ingin aku buat hatimu bahagia dan bangga.
            Berikan restumu untuk aku mudah dalam menjalani terjalnya hidup ini yang harus aku lewati. Karena keridhoan Allah ada dalam keridhoan orang tua. Semoga dengan ridho dan restumu aku dapat menggapai mimpi-mimpi dan cita-cita yang telah kau tanyakan sejak dulu.
            Sekarang, sudah tiba hari Ibu. Aku tidak bisa memberikan kado atau hadiah yang mewah untukmu. Aku hanya ingin membuktikan betapa sayangnya aku kepadamu lebih dari apapun. Kau pelitaku, bintang hati yang selalu membuat damai hidupku, Ibu.
Aku mencintaimu…


 Cianjur, 2011

 LFE



Biodata
Nama Lina Fatinah, duduk dibangku kelas XII Sekolah Menengah Akhir di MAN Cianjur. Lahir 25 mei 1993. tinggal di Kp.Jambudipa 001/003 Kec.Warungkondang Kab.Cianjur 43261. anggota di Komunitas Sastra Cianjur DKC (Dewan Kesenian Cianjur). Hobi menulis, sangat menyukai pelajaran Tekhnologi Informasi Komunikasi. Sedang mendalami dunia Sinematograpi, Fotograpi, sudah membuat beberapa film documenter di Cianjur. Dan akan membuat film bertema kebudayaan untuk dikirim dalam festival film di luar negri. Cerpennya dibukukan dalam antologi cerpen. Beberapa karya tulisan cerpen dan sajaknya dimuat di majalah ISMA Cianjur.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar