Jumat, 15 November 2013

09-04-2012 Mengunjungi Ruang Mayat



09-04-2012
Saat itu adalah saat yang bersejarah bagiku, karena saat itu baru pertama kalinya aku masuk ke ruangan jenazah. Saat itu aku mengantar sahabatku, Neidya pergi ke Rumah sakit untuk rontgen. Setelah selesai rontgen di ruang radiologi, kita pergi ke ruang warois. Karena di sana tempat ayahnya Neidya bekerja. Lalu ketika kita hendak pulang, di koridor rumah sakit kita ngobrol-ngobrol tentang ruang jenazah.
“ayo dong, mau ga?” tanya neidya “berani ga sendiri?”
“iya, berani. Tapi berdua”
“ah, kamu mah”
Tiba-tiba ada bapak-bapak yang lewat kita, kebetulan dia pun kenal dengan Neidya karena dia sama-sama bekerja di RS bagian warois itu, lalu kita tanya dia
“pak, anter ke ruang jenazah yuk?” tanya Neidya
“lah, mau ngapain ke sana?” jawabnya
“mau lihat aja”
“iya pak , anter yuk kita mau lihat” kilahku, ikut-ikutan memohon
“silahkan aja kalau mau ke sana” jawabnya, dia hanya tersenyum dan mempersilakan kita
Karena dia menolak, kita pun jalan berdua menuju lorong yang melawati name tab “ruang jenazah” di atasnya. Bangunan yang di kelilingi dengan pohon besar di Rumah Sakit itu membuat keangkeran tersendiri bagi para pengunjung. Kita terus jalan, dan bertemu dengan bapak-bapak yang memakai baju dinas warna hijau, sepertinya dia pun bekerja di Rumah Sakit itu, saat itu dia bertanya sambil jalan bareng dengan kita.
“kalian mau kemana?”
“kita mau ke ruang jeazah pak, hehe”
“lah, mau ngapain?
“mau lihat aja pak”
“hm, dikira lagi ada tugas praktek”
“pak anter yuk” tanya aku merayu, biar dia mau mengantar
“yaah, ke petugasnya aja. Nanti tanyain aja di sana tuh” jawabnya
“yah bapak” ucapku dengan nada kecewa “ah, berarti bapak gak berani ya?” tanyaku lanjut sembari menyindir
Saat itu kita mulai masuk—kakiku perlahan aku pijakan, dengan mata yang lirik kanan lirik kiri. Aku lihat di depan ada orang yang sedang ada di ruangan, lalu aku panggil
“pak, pak sini..”
Dia pun melirik “ya, ada apa?”
“pak, kita mau lihat jenazah boleh ya”
“tuh, itu ada” sambil menunjuk ke arah ruangan yang sedang diisi empat orang bapak-bapak
Aku pun melihatnya dan langsung tersontak kaget
“innaalillahii wa inna ilaihi raajiuun” ucapku sembari melihat pemuda yang sedang di otopsi, dia terkujur sudah tak bernyawa. Di hatiku hanya terus memanggil namaNya, dan beristighfar sembari mengingat akan kematian bahwa setiap yang bernyawa akan mati. Termasuk aku pun akan meninggalkan dunia ini, karena di dunia ini tidak ada yang kekal, ini dunia fana yang sementara di isi oleh makhlukNya untuk beribadah kepadaNya semata mencari keridhoan dan amal untuk di akhirat nanti agar bertemu dengan Allah.
Saat itu aku tidak melihat lebih depan, aku hanya melihat sebentar dan langsung berbalik badan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar