Kamis, 14 November 2013

MEMAKNAI PERJUANGAN DARI LARI PAGI

Awalnya tak ada rencana lari pagi minggu ini, apalagi bagi jomblowati tidak akan semangat menyambut minggu pagi dengan lari, biasanya tidur lebih lama sampai kasur tempos dan amblas. (hehe bacanda)
Memang sih, kalau dibandingkan dengan yang pacaran pasti mereka semangat tinggi karena akan lari bersama sang pacar, dandan dulu sampai bedaknya 5 cm, pakai minyak wangi 1 liter, memilih baju olah raga yang matching dengan warna baju yang dipakai pacar biar jadi couple-an gitu deh (duh becanda lagi deh -_-“)
Hallooo! Biarpun jomblo, tapi semangat harus tetap dan bahkan lebih dari 1000%. Right? Yang setuju retweet *ala Ippho Santosa :D
Kan dalam islam tidak ada yang namanya pacaran ehehe, kata abang Felix juga jangan pacaran. *eeh.. kok jadi ngebahas pacaran ya? Sudah jelas judulnya “Memaknai Perjuangan Dari Lari Pagi” duh, maaf ya pembaca yang budiman. Oke, sekarang baru kita mulai tulisannya. Yang tadi hanya selingan saja, jangan dianggap bercanda yah :D
***
Seperti dikatakan Kang Bode Riswandi: Pelajaran kedua menulis sastra: setiap momen pasti membawa ceritanya sendiri -sendiri. Ia akan berharga, jika dikelola dengan baik. Momen akan bersejarah, jika diselamatkan dalam tulisan. Dan saat itu, ketika berlari pagi, saya mendapatkan sejarah dan makna hidup yang begitu berarti. Maka, saya tulis sepenggal cerita dalam tulisan ini.
Minggu pagi (05.10)
“lina.. bangun lina..”
“lina bangun..”
“lina bangun”
Sudah tak asing lagi rasanya, kata-kata itu selalu terulang berulang kali dan berulang kala disetiap subuh tiba. Di asrama Al-Muhajirot, tepatnya di kamar 4 tercinta. Ada teh neng, Iklima, Rizki, Laras dan Nadia. Mereka lah yang setia membangunkan aku yang seperti meninggal kalau tidur (susah dibangunkan) kalau dalam bahasa sundanya yang susah bangun tuh suka disebut kebluk haha. Utamanya teh neng dan Iklima, mereka sudah satu tahun lebih setia membangunkan saya setiap pagi :D | (Ah, thank you so much muah muah deh untuk yang membangunkan saya)
“lina.. bangun lina..”
“lina, olah raga yuk. Kita lari ke PAUN (Pasar Unpad)” teriak Rizki dari tempat kasurnya. Aku masih menggeliat, pandangan masih kabur, susah kutangkap. Badan masih lemas terbaring di atas kasur
“iya serius?” jawabku sembari masih tidur 50%, bangun 50%
“iya…ayo, mumpung masih pagi”
Aku masih tiduran
“iya iya”
“cepetan….”
Akhirnya aku beranjak, pergi ke WC. Membuang urine dan sekaligus mandi biar segar (haha).
Tak..tak…tak… beberapa menit kemudian.
“lina… cepetan..” teriak Rizki (lagi)
“iya….”
“ih kamu mandi dulu ya? Ah, curang. Aku aja belum mandi”
“nanggung tadi, sekalian mandi”
“ya sudah cepet”
Jurus seribu bayangan dimulai. Memakai baju, kerudung dan yang lainnya hanya dalam hitungan detik. Haha
“oke siap” ucapku
“bawa air”
“nanti aja beli di jalan”
Akhirnya kita berangkat, keluar dari gerbang asrama kita lupa belum pemanasan terlebih dahulu. Tanpa canggung dan malu, di tengah jalan kita pemanasan. Haha
Dengan mengenakan baju yang sama-sama merah, jadi couple-an deh kita hehe. Merah mempunyai arti berani. Ya, pagi ini saya lebih berani semangatnya. Aku dan Rizki pergi lari pagi, Laras ada kegiatan di UKM kampusnya, Nadia dan Teh neng akan pergi berenang, dan Iklima tentunya sama-sama olah raga, yang membedakan adalah pergi sama pacarnya. Hehe
Dari jalan Al-jawami kita jalan santai menelusur trotoar sampai UNPAD. Di tengah jalan dengan sedikit jokes, kita kongres (ngawangkong teu beres-beres) dengan sedikit tertawa sana-sini.
Di tengah trotoar saat kita jalan santai, tepat beberapa meter dari depan kita terdapat ibu-ibu yang sedang lari juga, namun dia sedikit-sedikit lari, sedikit-sedikit berhenti, dan itu dilakukannya berulang kali.
“Nah, kalau larinya kayak gitu tuh enggak bener” Ucap Rizki sambil mengarahkan pandangan ke ibu-ibu itu. “malah bakal mudah capek, sedikit-sedikit lari, sedikit-sedikit berhenti, padahal harus konsisten, dan harus bertahap, dari mulai pemanasan sampai pendinginan” tambahnya. Membuatku menambah pengetahuan baru, dan menggerutup dalam hati “bener juga ya, dulu aku pernah melakukan hal seperti itu, dan memang jadi tidak bener larinya” hehe
Ketika berbelok ke arah depan gerlam (gerbang lama) unpad, kita mulai lari. Ternyata di depan gerlam UNPAD ada Laras, Husna dan teman-temannya. Melambai-lambaikan tangan deh sambil berteriak “semangaaaat!”
Baru sampai gerlam dengan jalan santai aku sudah berbangga diri, soalnya aku belum pernah jalan santai dari asrama sampai UNPAD dan langsung dilanjut lari. Hehe
Dengan rasa semangat yang masih menggelora, aku mulai lari dengan cepat.
“Lina, jangan kecepetan. Malah, nanti bakal cepet capek. Biasa aja dulu, santai biar bertahap”
“oh.. yaya” dan lagi-lagi Rizki yang lebih tahu trik olah raga, lebihnya dia anak PALAWA salah satu UKM di kampusnya, UNPAD. Pecinta alam gitu deh. Top deh buat dia, kecil-kecil smart and strong. :D
Udara bersih masih segar, daun-daun sepertinya menyambut pagi ini, bunga yang tak kulihat dipinggir jalan mungkin bersembunyi setelah berintiknasi semalam. Orang-orang lalu lalang di jalan, banyak sekali orang yang olah raga, tentunya mereka juga ingin hidup sehat dan berinvestasi untuk masa tua nanti. Para pedagang sudah menjajakan dagangannya dipinggir jalan.
Oke, tantangan pertama. Aku sudah lama tidak lari, walaupaun dulu aku suka lari bahkan juara satu lomba lari meskipun di sekolah, tapi itu jaman SD haha :D aku menjadi tidak suka lari sedari aku mulai sering jatuh sakit, kondisi fisik aku selalu tidak fit, jadi termasuk hatters sama lari. Jadi, kalau aku lari, itu berarti modalnya hanya semangat dan ada yang menyemangati. :D
Dengan memasang wajah yang menawan (seperti yang dilakukan Bang Raditya Dika yang memasang wajahnya ketika hendak difoto), aku lari dengan semangat yang menggebu, baju warna merah membahana. Tanjakan pertama, kulalui. Nafas mulai ngos-ngos-an. Semangat masih ada, lari terus berlanjut. Beberapa menit kemudian, nafas semakin tidak bisa terkendali, keringat mencucur dari kening. Semangat dalam hati tetap ada. Keringat dingin mulai mendekap, rasanya ingin berhenti dulu.
“hah..hah..”
“ayo..semangat” Rizki selalu menyemangati dari awal
“capek..”
“ini baru sebentar, ayo semangat”
Aku tetap lari. Lari..lari..dan lari.
Rizki mendahului, aku berhenti mendadak sambil berjalan karena sudah tidak kuat dengan nafas yang tidak terkontrol. Ketika Rizki melihat ke belakang, dia meraihku berada lumayan jauh dibelakangnya.
“ayo..cepetan, jangan berhenti, nanti malah kembali lagi ke awal fasenya”
“aku gak kuat ki, capek”
“ayo cepetan ah.”
Rizki lari di tempat demi menungguku. Akhirnya aku lari lagi, Rizki meletakkan tangan kanannya di punggung dan mendorongku. Sembari mendorong dia menjelaskan
“Kalau mau berhenti jangan sampai total berhenti berlari, minimal lari kecil, karena kalau berhenti total nanti akan sulit untuk kembali ke kecepatan semula”
“Usahakan sewaktu menapakkan kaki sebaiknya bertumpu pada tumit dan berlanjut ke arah jari kaki. Nafas harus bisa diatur, dan diseimbangkan dengan derap langkah kaki” lanjutnya
Dari sana, aku mendapatkan ilmu baru dari dia. Dia luar biasa, lagi lagi kubilang dia kecil tapi dia smart and strong girl.
Nafas terus saling susul, antara menghirup dan membuang nafas jadi tidak terkendali. Kaki mulai melemas, seperti dikerumuni semut. Keringat terus mencucur.
[[hah heh hoh pokonya :D larinya Lina rempong wkwk]]
“ayo semangaaat” Rizki tiada hentinya menyemangati sembari mendorong punggungku. Dengan semangatnya dia, semangat aku pun bertamabah.
“iya, semangaaaat” ucapku. Padahal capek. Tapi aku harus tetap semangat, dan harus bisa.
Setelah belokan, aku berhenti lagi. Tapi Rizki tetap mendorong “jangan berhenti, ayo sebentar lagi”.
“hah..hah..hah..” nafasku tersendat, seperti akan mati rasanya. perut sakit—kram.
“nafas aku gak teratur ki”
“ya udah, coba stabilkan, atur nafasnya”
Aku mencoba mengatur nafas semampuku, namun hasilnya tetap saja. Nihil. Wajahku tak terkontrol pula, tidak seperti di awal.
“perut aku sakit ki” lanjut keluhku
“sudah, itu tidak akan apa-apa kok. Waktu aku latihan di PALAWA saja sampai sakit tapi tetap harus terus berlanjut naik-turun tangga. Coba bayangkan betapa sakitnya saat itu dan harus tetap naik-turun” ucap Rizki agar aku tidak putus asa dan terus berlanjut lari. “Tapi pada akhirnya aku jadi tahu, kalau itu tuh tidak akan kenapa-napa, dan kerasa manfaatnya di akhir, tenang aja, lanjut aja lari” tambahnya. Dia berbagi cerita dari pengalamannya sendiri, lagi-lagi ilmu baru kudapatkan, bara semangat kuraih kembali. Aku jadi bangga dengan dia terhadap cerita-ceritanya di palawa. Hebat ya dia ;)
Lari dilanjutkan. Cahaya matahari mulai menelusup dedaunan yang jangkung, jalan pun mulai tersorot cahayanya. Rizki terus memegang punggungku, sembari bercerita. [[padahal lari sambil ngobrol nambah capek ya? Tapi dia terlihat enggak. Dengan semangatnya dia terus bercerita dan menyemangati temannya. Keren!]]
Lagi-lagi nafasku berkelahi saling susul, tersendat-sendat. Kecepatan mulai menurun.
“Ayo, sebentar lagi. Tuh, sampai gerbang itu, kita harus sampai sana” ucap Rizki sambil mengarahkan pandangannya ke Gerbang belakang UNPAD dekat daerah Keratas yang berdekatan dengan lapang Giri Gahana Golf.
(Ini dia gambar gerbangnya, terlihat sepi. Tapi kalau hari minggu padat sangat)
image
Tiba-tiba kaki aku berhenti. Pusing merambat sampai ubun-ubun.
“yah, ayo jangan berhenti. Sedikit lagi.” Ucapnya sambil berlari dan meraihku
“berarti kalau kamu berhenti di sini sama saja ketika dalam perjuangan kamu berhenti begitu saja, putus asa dan meinggalkan. Ini salah satu perjuangan, kamu jangan berhenti begitu saja. Ayo, sedikit lagi. Semangat.. ayo semangat ayo semangat…lina semangat..lina semangat..”
Mulut terkunci hanya bisa mendengarkan, hati ini bersuka cita sebenarnya dengan semangatnya dia, tanpa dia sadari, dia sudah memberikan pelajaran yang berarti, dari awal sampai akhir semua berharga, tidak sia-sia begitu saja. Akhirnya, perlahan aku berlari. Semangat aku kobarkan lebih tinggi, bangunan gerbang yang kokoh tersorot sinar matahari mulai terlihat, lebih atasnya lagi terlihat lebih ramai oleh orang-orang yang sedang asyik mengisi kehidupan di atas titik kecil dari alam raya ini. Dan aku harus bisa mencapai sampai sana, sebagai hadiahnya nanti menikmati makanan di tempat setelah melewati gerbang itu. Bersakit dahulu bersenang kemudian, berjuang dahulu kesuksesan kemudian. Selagi ada harapan dan semangat yang tinggi dan berusaha, pasti semua akan terwujudkan.
Aku memgimajikan, perjuangan dalam lari ini diimplementasikan dalam perjuangan kehidupanku, jika saja saya sedang memperjuangkan hal yang aku usahakan sedari dulu untuk mendapatkan kesejahteraan, kebahagiaan untuk orang-orang tercinta lalu kandas di tengah jalan begitu saja, berarti saya ini sudah menjadi pecundang yang kalah dengan kecapean, dengan hal yang konyol. Dari sana, semangat bertambah berkobar, bara-bara semangat menyala, tak pedulikan sakit, capek, tidak enak, nafas tak terkendali, kaki lelah, dan ini semua butuh perjuangan, semua hanya terasa selintas saja, seperti debu yang hinggap di tubuh lalu terbang kembali terbawa angin. Hingga pada akhirnya, pada tanjakan yang tidak begitu tinggi untuk mencapai gerbang itu, aku bayangkan itu tantangan paling puncak, terjalan terakhir yang harus dilewati dan harus kulewati penuh kesungguhan. Akhirnya aku dengan Rizki lari, Rizki berada dekat di depanku. Hentakan langkah ke satu, ke dua, dan ke tiga…
“Yea! Sampai” Ucap Rizki
“Yeaaah! Berhasil” Ucapku dengan suara lantang dan bahagia. Membuat orang sekitar tertuju kepada kita. Kaki hampir terpeleset, tapi Rizki meraihku.
“Alhamdulillah…”ucap Rizki “Akhirnya, sampai juga kan”
“hah..yah” aku masih mengatur nafas, keringat dingin membasahi
“nih, minum dulu” ucap Rizki dengan mengulurkan tangan kanannya memberikan air larutan. Aku pun langsung meraihnya, dan meminumnya sambil berdiri (saking lupa gegara kecapean, minum pun berdiri, gak peduli apapun, yang penting minum), setelah itu Rizki pun minum, tapi bagusnya dia, dia sempatkan untuk merendahkan posisi tubuhnya, dan minum sambil duduk. (Ah, jadi malu :D)
“ayo kita cari tempat istirahat” ucap Rizki sembari melihat kanan-kiri jajakan bermacam dagangan
“iya ayo..”
“kepalaku jadi pusing ki, merambat nih”
Padahal, lari dari depan gerbang lama UNPAD sampai gerbang belakang UNPAD yang di dekat lapang golf itu bisa dikatakan dekat, memang dekat sebenarnya, tapi bagiku jauh, so far..far…far…
Ini dia petanya jalan yang harus kita tempuh dengan ditandai warna merah:
image
Akhirnya, gerbang yang dituju pun kuraih, bibir merekah membentuk senyum—bahagia. Aku bisa melihat jajakan bermacam jajanan, melihat orang-orang dari yang tua sampai yang terkecil sekalipun ada, berbeda kebutuhan tentunya, ada ibu-ibu yang hanya ingin berbelanja semata, ada remaja-remaja yang mencuri waktu untuk berdua-duaan dengan pacarnya, ada para pedagang yang semangat mencari nafkah untuk istri dan anak di rumah, ada orang-orang yang memang ingin berolah raga, ada yang menunggangi kuda, asap sosis mengepul, jajakan makanan memanjakan lidah merayu, berbagai minuman, dan aneka ragam miniatur dan hiasan semua ada di sana.
Setelah mendinginkan tubuh dengan jalan santai. Aku membeli susu murni, karena Rizki tidak membeli, aku suruh Ibu penjual susu murninya membagi susu itu ke dalam kantong menjadi dua kantong. Lalu, aku kasihkan satu kantong untuknya, karena berbagi itu indah, meski sedikit hehe. Lalu, kita berjalan kembali mencari makanan, walau sempat galau dan pilih-pilih makanan, akhirnya kita memilih makanan masakan sunda. Dengan menu makanan yang banyak, kita pun milih-milih menu yang disuka, dan menyantapnya ditempat lesehan.

Dari sana lah aku mengambil filosofi perjuangan dari lari pagi, berawal dari semangat untuk mencapai titik tujuan (anggap tujuan tempat itu adalah cita-cita atau harapan yang ingin diraih dalam kehidupan kita), setelah mulai berlari kita di sana berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tempat itu, saat berusaha harus pandai mengatur nafas, bertumpu pada tumit, lengan teratur (kita anggap semua itu adalah poin-poin penting dalam mencapai tujuan), di tengah lari kita mendapatkan rintangan, capek, keringat mencucur, kaki melemah, hati bekerja lebih keras dari biasanya, putus asa, dan yang lainnya (pun dalam kehidupan kita sendiri, pasti rintangan itu akan ada, hal itu pula lah yang membuat kita semakin dewasa, jika kita terus berusaha, kita pasti akan mampu menerjal rintangan itu, semua butuh proses secara bertahap), dan ketika mencapai titik puncak akhir, sampailah sudah, lari pun selesai lalu pendinginan dan menikmati segarnya badan, sehat, dan tanpa disadari secara signifikan kita punya investasi untuk masa depan secara perlahan (jika diimplementasikan kedalam perjuangan dalam hidup, jika kita sudah mencapai titik puncak tujuan, cita-cita, harapan-harapan dalam hidup, kesuksesan pun terwujudkan, karena sukses adalah keniscayaan dari kerja keras, semua pahit berujung menjadi manis, menikmati hasil yang telah diusahakan dari awal “orang-orang yang hebat saat ini adalah orang-orang yang dulunya penuh keringat”, ketika sudah mencapai dan mewujudkan itu semua kita menikmati hasilnya, bahkan bisa diwariskan sampai tujuh turunan) hehe ;)
Ini nih ada Quote “Perjuangan yang benar akan memberi kita samudra bahagia di tengah mata air derita,
memberi makna keberartian di tengah keterasingan, memberi rasa pengharapan dan kepasrahan yang mendalam kepada Allah di tengah kesewenang-wenangan.
Perjuangan adalah sungai bahagia yang panjang.
Huluy adalah janji Allah,
Hiliry adalah kemenangan & peneguhan.
Itulah rahasia besar para pejuang, sekaligus alasan mengapa perjuangan selalu melahirkan orang-orang perkasa, tegar nan kokoh.
Kuatkan azzammu dan teteplah semangat kawan. :)”

Ini foto kita berdua, sesaat setelah selesai makan. Sebagai kenangan. Jejak kehidupan hehe

image
image

Ini Foto Rizki (Foto juara satu Senyum Bahagia) :D
image
Setelah puas menyantap makanan, akhirnya kita kembali pulang dengan jalan kaki, sembari menikmati minggu pagi, melihat berbagai macam kegiatan dan kebutuhan yang berbeda di Pasar Unpad. Kita memutuskan mengambil jalan belakang UNPAD untuk pulang. Ketika berada di kawasan kampus UNPAD, aku difoto dulu, lagi-lagi untuk kenangan hehe
image
Dan ini foto Rizki di lorong cinta UNPAD, sedang mencari sang pangeran rupanya hehe
image
Dan yang paling asyik pun menyenangkan adalah kita divideo sembari diiringi lagu Nidji “Di Atas Awan” dan hal itu pula lah yang membuat aku semakin terpukau dengan sebuah perjuangan, utamanya dari lirik lagu abang nidji itu hehe
“Yea! Aku senang hari ini! Berhasil berlari, berhasil berkeringat murni, dan mendapatkan arti yang begitu banyak dari Rizki. Alhamdulillah, Allah telah mempertemukan kami, dan membuat skenario untuk pagi yang indah seperti ini”
"Kenang-kenanglah kami" begitu kata Chairil Anwar | Dan ini video kenangan kami setelah lari pagi yang penuh perjuangan, khususnya untuk saya, yang mengambil banyak arti dari setiap hela nafas dan setiap kaki yang terpijak.


https://www.youtube.com/watch?v=DsRE-I1-S6w
Ini lirik lagu nidji “Di Atas Awan”
Cinta satukan hati
Kuatkan jiwa menghadapi dunia
Segala cinta dan luka
Kuatkan semua persahabatan
Kita penantang impian
Di atas awan kita kan menang
Kita penakluk dunia
Di atas awan kita kan menang, menang
Bila kau merasa sedih
Ingatlah bahwa kau tak sendiri
Tanpamu tak akan sama, tanpamu semua berbeda
Kisahmu juga kisahku, selalu bersama
Kita penantang impian
Di atas awan kita kan menang
Kita penakluk dunia
Di atas awan kita kan menang, menang
Melangkah di bawah mentari yang sama
Mencari tempat kita di masa depan
Berjanji kita tak akan putus asa
Walaupun semua tak akan mudah
Kita penantang impian
Di atas awan kita kan menang
Kita penakluk dunia
Di atas awan kita kan menang, menang

Hari ini, aku belajar dari semuanya. Mengambil arti dari setiap hela nafas, dari setiap yang kupijak. Langkah satu ke langkah lain yang ditempuh pasti ada pada ruang hati tersimpan rapi, dan menjadi cerita yang tersimpan dalam peti-peti kenangan dalam ranting kehidupan.
Aku harap, kita selalu berbagi, saling merasakan emosi. Seperti hari-hari yang telah kita lalui, semua tidak ada yang kebetulan, semua sudah tertulis di Lauhul Mahfuzh. Pun kalau ada masalah, itu adalah wajar, bahkan sebagai pelengkap indah dalam hidup kita. Agar tali hidup persahabatan yang kita jalani bergradasi, tidak monoton hanya begitu-begitu saja. Lebihnya jika kita bersahabat karena Allah, kita tidak akan membiarkan membuat seorang berteman dengan kita hanya pertemanan biasa, tapi teman yang membuat disetiap pertemuannya ada hal yang berharga, ada hal yang berarti tidak sia-sia begitu saja, karena teman yang baik tidak akan membiarkan temannya jatuh ke dalam jurang yang salah.
Dari semua pelajaran aku dapat menjalani hidup dengan pasti.
Terima kasih untuk Rizki Mulia yang setia berbagi. Berbagi arti, berbagi semangat, berbagi gairah perjuangan, berbagi pengetahuan, berbagi pengalaman, berbagi kebahagiaan, berbagi perhatian, berbagi adanya diri disamping orang yang memang sangat membutuhkan. Berbagi, dan berbagi. Seperti dua bintang yang saling berpegang tangan, saling membutuhkan.
Berbagi itu memang indah kawan.
Terkadang, perhatian kecil itu sangat lebih berarti, dan memberikan makna yang terdalam.
-The End-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar